Be a smartuser

Andrean NR

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 10 Mei 2016

Phobia


          Pernahkan anda mengalami ketakutan berlebih pada situasi tertentu atau objek tertentu? Jika pernah, kemungkinan besar itu adalah phobia yang ada dalam diri anda. Lantas jika phobia itu sudah melekat didalam diri anda, bisakah phobia tersebut menghilang? karena tentu saja phobia merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan. Dalam artikel ini, saya ingin sedikit menjelaskan apa definisi dari phobia dan contoh dari phobia yang dialami seseorang beserta gejala, dampak, dan penyembuhannya.




          Phobia merupakan gangguan anxietas fobik atau rasa ketakutan berlebih pada suatu hal atau fenomena. Phobia merupakan suatu kondisi yang dapat menghambat kehidupan seseorang yang mengidapnya. Phobia juga dapat membuat pandangan orang berbeda-beda. Sebagai contoh jika seseorang mengalami ketakutan berlebih terhadap aktivitas mandi (ablutophobia). Dalam pandangan orang yang mengidap phobia tersebut, mandi merupakan aktifitas yang menyeramkan sehingga dia takut untuk melakukan aktifitas mandi. Berbeda dengan pandangan sebagian besar orang yang tidak mengidap ablutophobia, mandi merupakan aktifitas yang wajib dilakukan karena membuat tubuh menjadi bersih bahkan mandi merupakan aktifitas yang menyenangkan karena tubuh akan terasa segar.

          Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek phobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan di mana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrem seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.

          Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.

Berikut akan saya berikan contoh dari phobia yaitu ablutophobia :


          Ablutofobia (abluto berasal dari Bahasa Latin yang berarti "mandi") adalah ketakutan yang terus menerus dan tak bisa dikendalikan atas aktivitas mandi, mencuci muka, atau membersihkan tubuh. Fobia ini spesifik situasional. Ablutofobia sering terjadi pada anak kecil dan wanita. Hanya saja, ketakutan ini biasanya perlahan menghilang pada anak kecil begitu mereka belajar bahwa mandi bukanlah sesuatu yang harus ditakuti.

Gejala

Gejala Ablutofobia meliputi hal-hal spesifik berikut ini:

- Rasa panik, ketakutan, atau terteror
- Kesadaran bahwa rasa takut tersebut di luar batas normal yang seharusnya
- Degup jantung semakin cepat, napas pendek, gemetar, dan keinginan yang meluap untuk lari
- Hal-hal ekstrim dilakukan untuk menghindari hal tersebut.

          Rasa malu karena menderita fobia ini bukanlah hal yang jarang ditemui. Banyak kebudayaan di dunia menekankan pentingnya kebersihan. Sehingga orang yang menolak mandi ditertawakan, sehingga memperparah penderitaan yang dialami penderita fobia ini. Ini juga yang sering menyebabkan penderitanya segan mencari penyembuhan.


Dampak jangka panjang

          Phobia pada umumnya mengalami fiksasi akan memiliki halangan mental (mental block) di kemudian hari. Setiap kali ia berhubungan dengan sumber fobia, ia akan cemas dan memilih solusi paling cepat dan isntan, yaitu mundur kembali atau regresi kepada keadaan fiksasi. Hal tersebut menimbulkan emosi negatif yang ditekan kembali ke alam bawah sadar (represi). Jika dibiarkan terus berkembang, respon negatif tersebut terhadap sumber fobia dan lingkungan akan meningkat. Akibatnya dalam waktu yang lama akan merembet kepada respon pada masalah lain.


Penyembuhan

          Ada banyak cara penyembuhan atas Ablutofobia, yang biasanya melibatkan profesional di bidang psikologi. Penderita Ablutofobia bisa mengikuti terapi Exposure-Based Cognitive Behavioral Therapy yang memungkinkan penderitanya diselidiki ketakutannya terhadap objek yang menyebabkan fobia (dalam hal ini air) dalam situasi yang terkontrol.

      Ada beberapa obat anti kecemasan yang bisa diresepkan, namun hal ini belum memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pengobatan fobia seperti Ablutophobia. Penggunaan d-cycloserine (DCS) dalam hubungannya dengan Exposure theraphy, baru satu-satunya obat yang memperlihatkan adanya perkembangan dalam pengobatan ini dalam periode 3 bulan.